A.
Pengertian
Memoar adalah sepenggal
kisah perjalanan hidup seseorang.
B.
Istilah lain
Karena bentuknya seperti
biografi, memoar juga disebut sebagai biografi singkat karena isinya mirip, tetapi lebih
pendek dari biografi
C.
Tujuan
Sebagaimana biografi, tujuan
penulisan memoar adalah untuk berbagi perjalanan hidup kepada orang lain agar
bisa diambil hikmah (pelajarannya).
D. Contoh
Penggalan
Kesan Bersrama SWAT Smaridasa
Kalau dirasa dengan hati, mengajar
di SMA 10 Samarinda, paling berat di antara tiga angkatan adalah mengajar angkatan
paling rendah, alias kelas X karena pada masa inilah, biasanya siswa berusaha
beradaptasi dengan kondisi yang sangat berbeda.
Pada kodisi itu, biasanya banyak
siswa yang tidur di kelas, pasif, tegang, dan bahkan seperti zombie yang tak
punya gairah hidup. Akibatnya, penbelajaran di kelas pun sangat besar
peluangnya menjadi kurang efektif. (Hikss…)
Memang, dua tahun yang lalu (2011),
saya pernah ngajar kelas X (FIFA), tapi hanya tujuh bulan terakhir. Maka bisa
dibilang, mereka sudah mulai bisa beradaptasi. Artinya, tantangan dalam
mengajar tidak terlalu berat.
Namun awal pembelajaran 2013/2014,
sepertinya menjadi awal bencana pula bagi saya. Dengan kurikulum baru yang
sosialisasinya sangat terbatas, saya ditugaskan mengajar di kelas X (angkatan
17). Maka seperti orang yang baru bangun tidur langsung disuruh mengembala
kambing di tengah padang pasir, saya pun bingung, kelabakan, menelan ludah,
garuk-garuk kepala, lalu meringis kebingungan.
Apa cuma dua tantangan terberat itu?
Ternyata tidak! Ternyata, saya juga harus menjadi salah satu dari wali kelas
kalian. Oh, tida…k! Zombie, mutan, alien, makhluk planet (bumi), ah pokonya
mengerikan. Ya, Tuhan! Dosa apakah kiranya yang telah dilakukan oleh kedua
orang tuaku sampai-sampai azab yang begitu pedih menimpaku seperti ini…?
Tidak…k!!!
Saya pun menghadap guru spiritual
saya untuk mendapat arahan, wejangan, dan santunan (lho!!!) demi bisa
menghadapi ujian yang berat itu. Puasa tujuh hari, mandi kembang tujuh rupa,
terbang ke langit ketujuh, minum puyer bintang tujuh, manggung bareng Sheila on
tujuh, main bola lawan CR tujuh, sampai konsultasi dengan angkatan tujuh pun
saya lakukan. Semua demi satu tujuan, bisa menghadapi kalian, angkatan 17.
Da…n, kalian pun datang. Lucu-lucu,
polos seperti kertas yang belum ditulis atau digambari. Ada yang besar, ada
yang kecil, ada yang ngantuk, ada yang tegang, ada yang bingung, ah ada-ada
saja kalian ini.
Hari pun berganti hari. Minggu
berganti minggu. Bulan berganti bulan. Tahun berganti tahun. Windu berganti
windu. Dekade berganti dekade. Abad berganti abad. Dan milenium beganti
milenium, sampai akhirnya kiamat pun mengakhiri cerita ini.
Di alam akhirat, datanglah malaikat,
lalu mengingatkan saya bahwa ada penggalan kisah yang belum selesai tertulis.
Oh, baiklah, saya lanjutkan.
Ternyata, kalian bisa diajak rame,
seru-seruan, ndak seperti halusinasi saya. Kalian 100% manusia seutuhnya, yang
bisa tertawa, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Bahkan, terkadang saya
pun tertawa karena tingkah lucu kalian. Maka, tak gunalah segala amalan saya
yang secara khusus telah saya persiapkan. Ah, senangnya hatiku. Hilang panas
dendamku.
SWAT, itulah nama yang kalian pilih.
Selalu bekerja dengan kelompok, menjadi landasan kalian. Namun saya minta,
kalian tidak hanya mampu bekerja dalam kelompok, namun juga bisa membangun
bakat-bakat individu kalian. Karena bagi saya, SWAT itu Seventeen Wake a
Talent.
Melejitlah dengan bakat yang kalian
miliki! Terbanglah dengan kemampuan yang terus kalian gali! Jangan hanya bisa
menyerah pada keadaan! Tak usahlah robohkan tembok yang berdiri menghadang!
Namun, cukuplah naiki dan seberangi tembok itu setinggi apa pun! Karena bisa jadi,
kalau kalian robohkan tembok itu, kalian juga bisa terkena reruntuhannya.
Nikmatilah sensasi memanjat tembok
yang juga akan menambah kemampuan kalian dalam mencapai tujuan! Dengan begitu,
kalian akan dengan mudah tersenyum dalam peperangan, akan begitu gampang
tertawa dalam kepiluan. Percayalah, itu bisa terjadi kalau kalian tidak
menyerah!
Kalau sudah demikian, jadilah
manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya! Jadilah penghilang kesedihan
orang lain! Karena bagi saya, SWAT itu Seventeen Wipe another Tear. Karena
begitulah bunyi pepatah klasik, sebaik-bakinya manusia adalah yang bermanfaat bagi
manusaia lainnya.
Bila ada yang bertanya, “Bagaimana
caranya?” jawabnya mudah, bacalah, bacalah, bacalah, bacalah! Bacalah atas nama
Tuhanmu! Bacalah dengan terlebih dahulu berserah diri kepada Allah seraya
memohon sekiranya bacaan itu bagus, Allahlah yang akan mampu membuka pemahaman
kita terhadap ilmu yang kita baca. Begitu pun sebaliknya, jikalau isi bacaannya
kurang bagus, hanya Allah pulalah yang dapat membuka hati kita sehingga kita
pun bisa menyikapi bacaan itu dengan bijak.
Bacalah kapan pun dan di mana pun!
Membaca itu lebih daripada diam saja! Membaca lebih baik daripada ngerumpi.
Membaca lebih baik daripada hanya nonton film yang miskin muatan moralnya.
Membaca pun lebih baik daripada menghitung domba sebelum tidur. Maka,
membacalah karena itu pula perintah pertama Allah Swt. pada Rasul-Nya!
Namun, membaca pun tidak hanya pada
buku atau pun tulisan lainnya. Membaca keadaan sekitar kita, membaca
tanda-tanda kebesaran Allah Swt. dan membaca keinginan (tujuan) diri pun tak
kalah pentingnya. Karena dengan membaca seperti itulah kita akan menjadi lebih
bijak dalam bersikap. Dengan membaca, berarti kita pun telah bersyukur atas
takdir Allah SWT yang telah menciptakan kita sebagai manusia.
Karena dengan membaca, otak kita
akan bekerja dan berkembang neuron-neuronnya! Kita akan semakin cerdas,
memiliki daya ingat yang kuat, dan awet muda. Karena dengan otak itulah kita
berpikir menggunakan akal. Dan akal itulah yang membedakan kita dengan
tumbuhan, binatang, dan makhluk lainnya.
Maka, masih ragukah kita pada
perintah membaca? Masih malaskah kita untuk memberdayakan bekal akal kita?
Tidak! Jangan! Cukuplah saya yang terlambat mengenal bacaan. Cukuplah saya yang
terlambat mencumbui indahnya ilmu pengetahuan. Bacalah! Bekalilah diri dengan
berbagai warna wawasan!
Namun sekali lagi, niatkanlah untuk
meraih rida Allah Swt supaya kita tidak menjadi sombong dengan ilmu yang kita
punya. Bersandarlah pada-Nya agar setan tak mudah merasuk ke hati dan otak
kita! Karena hanya Dialah tempat yang pantas kita jadikan sandaran. Hanya
Dialah sumber dari segala sumber ilmu, pemilik ilmu itu sendiri. Karena sesuai
dengan firman-Nya, seandainya seluruh air di samudera dikali tujuh, dan seluruh
batang pohon yang ada di bumi ini pun dikali tujuh untuk dijadikan sebagai
tinta dan batang pena, niscaya tidak akan cukup untuk menuliskan berbagai ilmu
Allah.
Anak-anakku yang sungguh luar biasa,
sadarlah bahwa kalian mengemban amanah sebagai khalifah (pemimpin) peradaban di
bumi ini. Ya, kita, bangsa manusia, yang Allah tetapkan sebagai pencipta dan
pemimpin peradaban bumi. Maka apalah jadinya kualitas peradaban yang ada jika
para manusianya miskin ilmu.
Dan yang tak kalah penting yang
harus kalian pahami, sadarlah bahwa kalian adalah generasi penerus bangsa ini,
generasi penerus Kaltim yang masih sekarat karena lelah tereksplorasi.
Sembuhkanlah! Bangunlah dengan ilmu yang baik.
Maaf mungkin saya hanya bisa memberi
nasihat tanpa mampu menjadi contoh yang baik. Maaf, pasti selama kebersamaan
kita, saya sering berbuat salah, entah ucapan, tindakan, atau ketidakmampuan
saya dalam menyamakan antara ucapan dan perbuatan. Saya pun minta maaf karena
tidak lagi bisa menemani kalian, menjadi orang tua kalian yang berusaha menjaga
kalian. Betapa sayang dan bangga pada kalian.
Tak ada kesan mendalam selain
pengakuan betapa luar biasanya kalian. Banyak jiwa pemimpin yang ada di
angkatan kalian. Terus asahlah! Kuatkan pula kedekatan kalian dengan yang Maha
Memimpin agar kalian menjadi pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, adil, dan
tegas!
Asah pula intuisi seni kalian!
Karena dengan senilah hidup bisa terasa indah dan berwarna. Dengan senilah hati
kita makin bisa merasa, tak keras seperti batu.
Jangan pernah minder hanya karena
fisik! Jangan pernah merasa minder juga karena ketidakmampuan! Percayalah, jika
kalian masih merasa minder, selain makin membuat kalian semakin tenggelam,
minder juga merupakan wujud ketidakbersyukuran kita pada-Nya.
Lalu, bagaimana cara menghilangkan
minder itu? Perbanyaklah membaca! Beranikanlah diri kalian untuk tampil dengan
keyakinan bahwa kalian pasti bisa. Kalian pun layak. Dan kalian memang pantas
karena kalian memiliki derajat yang sama.
Teruslah bersemangat mereguk manisnya
ilmu pengetahuan! Teruslah gali dengan bertanya/menjawab jika ada kesempatan!
Tentu, bukan untuk pamer, melainkan untuk mencari. Dan setelah reguk demi reguk
dapat kamu rasakan nikmatnya, bagilah pada yang lainnya! Karena dengan berbagi,
ilmu kita justru akan semakin kuat. Jika kita bisa ikhlas, tentu kita akan
merasakan kepuasan dan ketenangan yang tak mampu dilukis dengan apa pun. Itulah
pahala Allah yang nyata, pahala kecil didunia, pahala yang terasa seketika
sebelum pahala yang lainnya menyusul.
Teruslah pula berusaha untuk
berpikir positif! Karena hanya dengan begitu, hati kita bisa terbebas dari
keluh kesah, rasa curiga, dan amarah. Nikmatilah kehidupan ini dengan senyum
syukur pada-Nya! Warnailah kebersamaan kalian di asrama dan di sekolah dengan
niat menjalin tali silatuhrahmi yang baik, tak pandang suku, agama, atau pun
kemampuan ekonomi!
Maaf kalau saya kurang maksimal
mendampingi kalian. Maaf kalau saya tidak bisa mendekati tiap individu dari
kalian. Satu hal yang harus kalian tahu, saya sayang kalian tanpa melihat
kekurangan atau pun kelebihan yang kalian miliki.
Anakku, terima kasih atas keceriaan
yang juga menjadi inspirasi saya untuk ceria. Teruslah bersemangat, dan saling
menyemangati!
Semoga, kelak kita bisa bersama-sama
menunjukkan pada dunia bahwa semangat yang selalu kita genggam, bisa membuat
kehidupan ini begitu berharga. Karena berharga atau tidaknya hidup ini, tidak
tergantung pada siapa, tapi pada bagaimana cara kita mewarnainya.
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar