Senin, 21 November 2022

TEKS BIOGRAFI

MENGGALI INSPIRASI DARI KETELADANAN DAN KEISTIMEWAAN TOKOH

 

A.   Pengertian Biografi

Secara etimologis, kata biografi berasal dari bahasa Yunani:

  • Bios berarti hidup
  • Graphien berarti menulis

Dengan demikian, biografi adalah teks yang memuat kisah hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain berdasarkan fakta, data, dan peristiwa nyata. Sedangkan kisah hidup ditulis oleh tokoh itu sendiri, disebut autobiografi.

Biografi tidak sekadar menceritakan perjalanan hidup, melainkan juga menyoroti perjuangan, prestasi, pemikiran, nilai-nilai hidup, hingga kontribusi tokoh terhadap masyarakat atau bidang tertentu.

 

B.   Struktur Teks Biografi

Teks biografi umumnya tersusun atas tiga bagian utama:

  1. Orientasi

Bagian ini berfungsi sebagai pengantar. Isinya berupa informasi dasar mengenai tokoh, seperti nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, latar belakang keluarga, serta masa kecil.

  1. Peristiwa Penting

Merupakan inti dari teks. Berisi rangkaian peristiwa yang berkesan dalam kehidupan tokoh, seperti proses perjuangan, karier, prestasi, konflik batin, serta nilai-nilai yang ditunjukkan melalui tindakan tokoh.

  1. Reorientasi (Penutup)

Bagian simpulan atau penegasan ulang terhadap karakter tokoh. Biasanya berupa refleksi atau pandangan penulis terhadap keteladanan tokoh yang patut dicontoh.

 

C.   Ciri Kebahasaan Teks Biografi

      Beberapa ciri kebahasaan yang menandai teks biografi antara lain:

  1. Kalimat Kompleks

Digunakan untuk menggambarkan hubungan sebab-akibat, waktu, maupun penjelasan secara rinci. Contoh: Karena semangat belajarnya tinggi, ia mampu mengatasi keterbatasan ekonomi.

  1. Pronomina (Kata Ganti Orang)

Menggunakan kata ganti orang ketiga seperti ia, beliau, mereka, untuk merujuk pada tokoh.

  1. Konjungsi Temporal (Waktu)

Menunjukkan urutan atau hubungan waktu. Contoh: kemudian, setelah itu, pada suatu ketika, sejak kecil.

  1. Konjungsi Rujukan

Mengacu pada pendapat atau sumber tertentu. Contoh: menurut, berdasarkan, seperti yang dikatakan oleh.

 

D.   Keteladanan dan Keistimewaan Tokoh

             1.     Keteladanan tokoh

Nilai-nilai positif dalam sikap, tindakan, dan prinsip hidup seorang tokoh yang dapat ditiru pembaca.

Contoh:

Kejujuran, kerja keras, keberanian, kesederhanaan, kepedulian sosial dsb.

             2.     Keistimewaan tokoh

Keunggulan atau keunikan yang dimiliki seorang tokoh yang membuatnya berbeda dan menonjol dibandingkan orang lain.

Contoh:

Bakat luar biasa, pemikiran orisinal, prestasi gemilang, atau kontribusi besar yang berdampak luas bagi masyarakat dsb.

 

E.   Manfaat Membaca Teks Biografi

Mempelajari teks biografi memberikan berbagai manfaat, di antaranya:

  1. Meneladani Nilai Positif Tokoh

Seperti semangat juang, kejujuran, kesederhanaan, atau kerja keras.

  1. Menggali Inspirasi Hidup

Dari kisah nyata tokoh yang penuh perjuangan dan keistimewaan.

  1. Menambah Pengetahuan Historis dan Sosial

Karena biografi sering memuat konteks zaman, budaya, atau peristiwa penting.

  1. Mengasah Empati dan Kesadaran Sosial

Dengan menyelami kesulitan atau perjuangan yang pernah dialami tokoh.

  1. Membentuk Karakter dan Prinsip Hidup

Melalui peneladanan nilai-nilai yang diyakini dan dijalani oleh tokoh.

 

F.   Contoh Teks Biografi Tokoh Inspiratif

CHAIRIL ANWAR

Penyair Pelopor Angkatan '45

 

Hampir semua orang yang pernah mengenyam pendidikan hingga tingkat atas pasti mengenal sosok Chairil Anwar. Ia bukan sekadar penyair—namanya melekat erat dengan semangat zaman, suara kebebasan, dan gelora perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Sebagai pelopor Angkatan '45, Chairil telah mengubah wajah puisi Indonesia dengan gaya bahasa yang bebas, lugas, dan penuh intensitas emosi.

 

Masa Kecil dan Pengaruh Ibu

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatra Utara, pada 26 Juli 1922, sebagai anak semata wayang dari pasangan Toeloes, seorang pejabat pemerintah, dan Saleha, perempuan modern yang mencintai pendidikan dan seni. Perceraian orang tuanya saat ia masih muda meninggalkan luka yang membentuk karakter Chairil: keras kepala, pemberontak, dan akrab dengan kesendirian batin.

Ia diasuh oleh sang ibu, Saleha, yang kemudian menjadi figur sentral dalam hidup dan perkembangan intelektual Chairil. Dari ibunya, Chairil belajar tentang keberanian berpikir, pentingnya kebebasan bersuara, dan cinta pada ilmu pengetahuan. Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi pemikiran dan ekspresi sastranya di kemudian hari.

 

Hijrah ke Batavia dan Lahirnya Penyair


Meski hanya menempuh pendidikan hingga MULO—itu pun tidak tamat—semangat belajar Chairil tak pernah padam. Pada usia 18 tahun, ia merantau ke Batavia (Jakarta) bersama ibunya. Di kota inilah perjumpaannya dengan dunia sastra modern dan para intelektual muda terjadi. Ia mulai mengirimkan tulisannya ke media seperti Poedjangga Baroe dan bergaul dengan tokoh-tokoh seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan Asrul Sani.

Karya-karyanya mencerminkan jiwa yang bergolak. Chairil menolak gaya puisi lama yang sarat aturan. Ia memilih gaya baru yang lebih bebas dan personal. Puisinya yang paling populer, "Aku", menjadi semacam manifesto pribadi sekaligus simbol perlawanan generasi muda terhadap penjajahan Jepang. “Aku ini binatang jalang // dari kumpulannya terbuang,” adalah penggalan yang mencerminkan perasaan terasing sekaligus pemberontakan batin yang dalam.

 

Cinta yang Tak Direstui dan Luka yang Mengendap

Di balik ketegasannya, Chairil juga menyimpan kerentanan. Ia sempat menjalin hubungan dengan seorang aktivis perempuan cerdas bernama Sri Ayati. Kedekatan mereka terjalin dalam ruang-ruang diskusi dan pergerakan, namun hubungan itu kandas karena tidak direstui oleh orang tua Sri Ayati. Chairil dianggap tidak mapan, tak memiliki masa depan yang jelas, dan menjalani hidup serampangan.

Kekecewaan ini meninggalkan jejak dalam puisi-puisinya. Dalam sajak "Yang Terampas dan yang Putus", ia mengekspresikan kesedihan mendalam akibat kehilangan—bukan hanya cinta, tapi juga rasa penerimaan dan harapan.

Chairil kemudian menikah dengan Hapsah Wiraredja dan dikaruniai seorang anak. Namun pernikahan itu pun tidak berlangsung lama. Dunia Chairil seolah terlalu gaduh untuk tenang di satu pelabuhan.

 

Karya, Penerjemahan, dan Warisan

Meski hidupnya singkat, Chairil sangat produktif. Ia menulis lebih dari 70 puisi serta menerjemahkan karya-karya besar dunia. Kumpulan puisi terkenalnya antara lain:

1.     Deru Campur Debu (1949)

2.     Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Terputus (1949)

3.     Tiga Menguak Takdir (1950, bersama Rivai Apin dan Asrul Sani)

4.     Terjemahan: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (Andre Gide, 1948) dan Kena Gempur (John Steinbeck, 1951)

Karya-karyanya telah melampaui batas bahasa dan budaya. Puisinya diterjemahkan ke berbagai bahasa oleh sastrawan dan penerjemah internasional, antara lain:

1.     Burton Raffel, Selected Poems of Chairil Anwar (1962), The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar (1970)

2.     Liauw Yock Fang, The Complete Poems of Chairil Anwar (1974)

3.     Walter Karawath, Feuer und Asche (Jerman, 1978)

 

Akhir yang Tragis, Jejak yang Abadi

Chairil Anwar wafat di Jakarta pada 28 April 1949, dalam usia yang sangat muda: 27 tahun. Ia meninggal akibat komplikasi penyakit seperti TBC dan tifus, diperparah oleh pola hidupnya yang tidak teratur dan antikemapanan. Dunia sastra kehilangan sosok yang membakar zaman dengan kata-kata.

Namun, meski raganya telah tiada, suara Chairil tetap hidup. Ia telah mengukir sejarah sebagai penyair muda yang mengguncang sastra Indonesia, menjadikannya lebih manusiawi, lebih bergairah, dan lebih bebas.

“Kalau sampai waktuku // 'ku mau tak seorang 'kan merayu.”

— Chairil Anwar

Chairil telah pergi, tetapi puisinya terus bicara. Ia adalah suara yang menolak diam, jiwa yang menolak tunduk.

 

G.  Analisis keistimewaan dan keteladanan Chairil Anwar

1.    Analisis Keteladanan Chairil Anwar

a.     Mandiri dalam Keterbatasan

Terbiasa hidup dalam kondisi keluarga yang tidak utuh dan tanpa pendidikan tinggi formal, Chairil tetap mampu membentuk dirinya secara otodidak menjadi penyair besar.

b.     Teguh pada Prinsip dan Kebebasan Berpikir

Ia tak tunduk pada sistem yang membatasi ekspresi. Puisinya menjadi alat perlawanan terhadap penjajahan dan simbol kebebasan intelektual.

c.     Cinta Ilmu dan Sastra

Meskipun tidak menyelesaikan pendidikan formal, semangat membaca dan menulisnya tak pernah padam. Ia membuktikan bahwa belajar bisa dilakukan di luar kelas.

d.     Keberanian Menjadi Diri Sendiri

Dalam dunia yang menuntut keseragaman, Chairil memilih menjadi “binatang jalang”—sebuah metafora bagi keberaniannya untuk menjadi orisinal dan autentik.

 

2.    Analisis Keistimewaan Chairil Anwar

a.     Inovator Sastra Modern Indonesia

Chairil berani mematahkan pakem puisi lama yang kaku. Ia memperkenalkan gaya bahasa yang lugas, bebas, dan ekspresif, menciptakan puisi yang lebih dekat dengan pembaca masa kini.

b.     Daya Imajinasi dan Kedalaman Emosi Tinggi

Puisinya penuh dengan simbolisme dan metafora kuat, mencerminkan pemikiran mendalam, keberanian batin, serta ketegangan eksistensial.

c.     Produktivitas Luar Biasa di Usia Muda

Meski wafat pada usia 27 tahun, Chairil meninggalkan lebih dari 70 karya asli dan beberapa terjemahan karya sastra dunia, yang menunjukkan kualitas dan kuantitas pencapaian tinggi.

d.     Diakui Dunia Internasional

Puisinya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa oleh sastrawan dunia, menunjukkan bahwa karya-karyanya melampaui batas geografis dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEKS ANEKDOT

A.        Contoh Teks Anekdot Sekali Pakai   Seorang warga Samarinda yang berprofesi sebagai sopir travel bandara, diajak ngobrol pe...